Ade Armando & Akal Sehat!

Ade Armando sering mengingatkan bahwa sudah saatnya kita semua memiliki akal sehat dalam merespons segala aspek kehidupan. Ini keharusan! Dan akal sehat itu harus dimiliki saat kita menghayati agama kita.

Tanpa akal sehat, orang akan menjadi seperti anak-anak yang mudah “diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,” kata Paulus (Efesus 4:14).

Belakangan ini berbagai kasus kejahatan yang melibatkan pemuka agama makin marak. Kalau kasus hate speech yang menyudutkan atau mengkafir-kafirkan penganut agama atau penganut aliran kepercayaan lain sudah ada dari dulu sampai sekarang. Kasus itu belum tuntas sudah muncul kasus-kasus lainnya.

Kini, ada berbagai kasus baru dan beragam jenisnya. Ada pelecehan seksual terhadap anak-anak, kekerasan seksual terhadap kaum perempuan, penghinaan terhadap pejabat publik, dan penipuan dana umat demi memperkaya diri sendiri, dan sebagainya.

Dalam kasus penipuan terhadap dana publik, para pemuka agama dan institusi agama yang dikuasainya tidak lagi melayani umat dan rakyat di dalam kerapuhannya.

Sebaliknya, pemuka agama dan institusi agamanya berubah menjadi ‘the empire’ yang menghisap dan mengeksploitasi sumber daya ekonomi umat. Tentu saja tujuannya untuk memperkaya diri sendiri.

Dalam lingkungan gereja, pernah ada orang mengatakan: “lebih untung membuat gereja daripada membuat perusahan.” Mungkin dia benar! Maklum ada banyak institusi agama yang menyerap dana publik tetapi menolak menerapkan transparansi dan akuntabilitas. Konon, alasannya tanggungjawabnya langsung pada Allah.

Pemuka agama pun bertransformasi menjadi pengusaha agama. Teologi sukses yang sangat materialistik ditawarkan. Kesuksesan diukur dari keuntungan materi. Umat mabok dalam mimpi kosong.

Hasilnya, bukan umat yang kaya tetapi para pemuka agama. Inilah teologi sukses! Sukses ekonomi dan kemewahan yang tiada tara bagi para pemuka agama busuk ini!

Menariknya, karena pelakunya mendaku diri sebagai pemuka agama atau paling tidak dikenal sebagai pemuka agama maka modus aksi kriminalitasnya selalu menggunakan dalil agama. Selalu ada bumbu ayat dari Kitab Suci. Bahkan tidak segan-segan menyalahgunakan kata “Allah” dalam menjalankan aksi busuknya.

Ini gila! Para pelaku kejahatan ini tidak takut lagi pada Allah! Mereka pikir Allah tidur! Tetapi, OK-lah. Kita bicara saja efeknya. Apa?

Efeknya umat seperti ‘dihipnotis.’ Mereka berada dalam tekanan akibat indoktrinasi agama. Mau mengeritisi dan menyalahkan yang dikatakan sang ‘pemuka agama’ takut dosa. Takut ancaman neraka.

Akibatnya, mereka patuh saja. Daya kritis hilang. Akal sehat lenyap! Pada satu sisi berbagai kasus kejahatan yang menimpa para ‘pemuka agama’ ini merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan.

Tetapi, pada sisi lain, kita harus melihat berbagai peristiwa kejahatan dan kriminalitas yang menimpa para ‘pemuka agama’ ini sebagai blessing in disguise, berkat terselubung.

Berbagai kasus kejahatan yang melibatkan para ‘pemuka agama’ harusnya membuat umat belajar banyak. Ternyata yang mendaku sebagai ‘pemuka agama’ bisa saja ternyata musang berbulu domba.

Kini, mata kita akan semakin sulit membedakan mana pemuka agama tulen yang berhati tulus dan mana penjahat berjubah pemuka agama. Dari itu, Ade Armando sangat benar. Kita makin butuh akal sehat, terutama dalam beragama!

 

Salam,
Albertus Patty

Bagikan

ARTIKEL TERKAIT

Kawin Beda Agama & Respons Gereja

Kawin Beda Agama (KBA) menjadi isu yang memantik perdebatan cukup panas di semua agama. Negara pun sangat berhati-hati dalam mengambil…

Kembalinya Keadilan dan Hukuman Mati Sambo!

Saya salut dan bangga terhadap Majelis hakim yang  memvonis mati Ferdi Sambo. Keputusan hebat itu menandakan bahwa para majelis hakim…

Malpraktik Agama

Susy menderita sakit parah cukup lama. Setiap hari Susy harus meminum beberapa obat, yang menurut dokter, wajib dikonsumsi. Susy sangat…

Bablas! Negara Urusi Selangkangan Rakyat!

Ada paradoks kehidupan yang sering tidak kita perhitungkan. Paradoks itu adalah ini. Orang ingin menegakkan yang baik, tetapi dengan cara…