Corona Tanda Akhir Jaman?
Ada banyak pertanyaan yang membanjiri WA saya. Salah satu pertanyaan yang menarik adalah ini: apakah wabah virus Corona ini tanda akhir zaman? Nah, tulisan singkat ini menguraikan pertanyaan tersebut.
Mengaitkan wabah apa pun, termasuk wabah Corona sebagai tanda akhir zaman adalah isu yang selalu diangkat saat orang mengalami ketakutan dan kepanikan. Isu ini tidak memiliki dasar argumen yang kuat. Sebaliknya isu ini malah menambah ketakutan yang memperlemah imunitas kita.
Paling sedikit ada lima aspek yang perlu kita pertimbangkan saat wabah Corona dihubungkan dengan akhir zaman.
Pertama, isu seperti ini telah menggeser persoalan: dari medis menjadi teologis. Oleh karena itu yang lebih dibutuhkan, katanya, adalah iman dan pertobatan, bukan pertimbangan medis. Karena kita butuh iman dan pertobatan maka kita harus tetap ibadah seperti biasa.
Pembatalan ibadah dianggap menunjukkan kurangnya iman. Ibadah pun dilakukan seperti biasa. Efeknya jelas, persebaran virus makin menggila. Problem kita yang sudah banyak malah makin bertambah banyak.
Kedua, kita harus ingat bahwa setiap saat adalah akhir zaman. Setiap saat kita harus siap dengan hidup penuh iman dan kasih kepada Tuhan dan sesama. Tuhan Yesus bilang tak seorang pun yang tahu kapan akhir zaman itu akan datang. Jadi, tidak perlu kita pikirkan atau hubungkan dengan wabah Corona.
Ketiga, dari dulu pun sudah beberapa kali terjadi wabah yang menakutkan seperti ini. Malah ada wabah yang lebih dahsyat lagi. Wabah pes yang menghantam Hindia Belanda (nama Indonesia dulu) pada tahun 1917-1920 telah membinasakan 1,5 juta orang.
Wabah pes yang tidak kalah dahsyatnya juga menghantam Eropa pada abad 14-17. Wabah pes ini menciptakan kepanikan besar di Eropa karena ia membinasakan jutaan orang, termasuk Zwingly, salah satu Reformator Protestan.
Keempat, belajar dari sejarah, para pengkhotbah yang suka menakuti umat dengan isu akhir zaman kebanyakan bertujuan memperkaya diri. Tentu saja saya tidak akan melakukan generalisasi.
Untuk para pengkhotbah seperti itu akan menekankan karena zaman sudah akan berakhir maka umat jangan lagi fokus pada materi. Efeknya mereka akan menyerahkan sebagian atau seluruh kekayaannya kepada sang pengkhotbah. Pengkhotbah pun makin kaya raya. Kasus seperti ini muncul dimana-mana termasuk di Korea Selatan. Seorang pengkhotbah perempuan menjadi kaya mendadak dengan terus-menerus mengangkat isu akhir jaman
Kelima, virus Corona tidak selalu memberi dampak negatif. Vitus ini juga justru memberi dampak sangat positif untuk pemulihan alam. Polusi besar-besaran dari berbagai kendaraan dan pabrik telah menciptakan Lobang Ozon sebesar benua Amerika. Efeknya ia menghasilkan pemanasan global yang membuat gunung es di kutub utara mencair sehingga membahayakan kehidupan umat manusia dan segala makhluk.
Virus Corona membuat seluruh dunia terkarantina. Segala aktifitas berhenti. Polusi berkurang banyak sehingga udara semakin bersih. Lobang ozon pun semakin mengecil. Dunia punya kesempatan memulihkan dirinya. Jadi, di tengah wabah ini, ada juga yang harus kita sangat syukuri.
Sebagai kesimpulan, jangan terintimidasi dengan isu tidak bertanggung jawab yang menghubungkan wabah Corona ini dengan akhir zaman. Kita harus realistis melihat wabah Corona sebagai persoalan medis yang menghasilkan multi kompleks persoalan yaitu ketakutan, keterpurukan sosial-ekonomi dan apatisme.
Sekarang lebih baik perbanyak doa baik bagi diri sendiri maupun bagi para relawan, banyak konsumsi makanan sehat dan vitamin, pertahankan physical dan social distance, tetapi pada saat yang sama perkuat solidaritas antar sesama, mulai dari tingkat RT dan RW.
Salam,
Albertus Patty