Fit Antara Pikiran dan Perbuatan
Makin lama makin nampak banyak orang beragama mengalami defisit integritas. Orang lebih menekankan bungkus, bukan isi. Package, bukan content! Outwardly, bukan inwardly. Padahal integritas menyangkut inwardly, soal kesucian hatimu, bukan apa yang nampak di bibir manismu!
Itulah sebabnya Yesus mengeritik para munafikun. Yesus berkata, ”Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.” (Markus 7:7). Orang munafik memang manusia yang terpecah-belah. Bibirnya senyum dan manis, hatinya berantakan! Fragmented!
Apa makna integritas? Utuh! Tidak fragemented, terpecah-belah! Secara personal, Anda menjadi orang yang utuh. Tampil sama dimana pun. Senyum di bibir, senyum di hati. Baik di depan, indah di belakang! Perkataan manis adalah ekspresi keindahan nuraninya. Fit antara pikiran dan perbuatan! OK dengan diri sendiri! Otentik! Mampu menjadi diri sendiri.
Memiliki hati yang suci (Mat. 5:8). Bukan munafik alias menjadi manusia hipokrit: do the right thing, but with wrong motivation, melakukan hal yang kelihatannya baik, tetapi motivasinya bagai sampah busuk! Rajin mengutip ayat-ayat suci, tetapi dengan tujuan politik kekuasaan!
Secara sosial, orang yang memiliki integritas selalu bisa membangun sinergi dengan sesama. Mampu menjadi sahabat bagi siapa pun! Dicintai, dirindukan! Di dalam keluarga dikasihi. Di tempat kerja dihormati dan disayangi. Hatinya bagaikan mata air cinta yang tidak pernah habis. Ia tidak terpecah-belah. Di dunia riel merangkul semua. Di dunia maya, tetap menyejukkan. Di tengah masyarakat, ia mempersatukan (integrasi)!
Kaum munafikun sebaliknya, ia menciptakan perpecahan, konflik, segregasi, atau diskriminasi. Bangsa terkoyak! Dunia terpecah!
Orang berintegritas bukanlah manusia maha sempurna. Benar sekali! Sebaliknya, orang yang berintegritas adalah orang yang berani mengakui ketidaksempurnaannya. Ia selalu mengevaluasi diri. Bersedia dengan rendah hati menerima kritikan! Lalu, berani mengubah diri! Ia tahu, nobody is perfect!
Orang berintegritas selalu mengutamakan Tuhan. Bukan aku, tetapi Tuhan! Bukan egoku, tetapi demi Allah Maha besar itu! Abraham, Daud, Yeremia, Musa, Elia adalah nabi, tetapi mereka bukan manusia sempurna.
Memang, Allah tidak butuh manusia sempurna. Allah butuh yang berintegritas karena hanya orang berintegritas yang tulus hatinya! Tulus menghasilkan trust! Bisa dipercaya! Nyaman bersamanya! Orang berintegritas bertekad menjadi lebih baik dalam kata dan karya. Mampu merangkul siapa pun sebagai saudara dan sahabat. Yang pasti hidupnya selalu memuliakan Allah!
Di tengah defisit integritas yang melanda bangsa ini, marilah belajar menjadi manusia berintegritas. Ia tidak muncul begitu saja. Ia on going process! Tetapi, harus dimulai dari sekarang!
Salam,
Albertus Patty