Iman & Akal yang Kosong Melompong!
Sering orang membuat dikotomi ekstrim iman vs akal. Orang beriman tidak butuh akal. Itu posisi kaum fundamentalis-literalis. Kelihatannya positif, tetapi kelemahannya ini yang dimanipulasi para rohaniawan karbitan yang doyan jual mujizat intervensi ilahi untuk memperkaya diri.
Ekstrim lain, kelompok sekularis-atheis mengatakan karena sudah berakal, sudah pintar dan mampu menjawab apa pun, kita tidak butuh iman. Hasilnya, bom atom, bom nuklir, dan sebagainya yang menghancurkan kemanusiaan dan alam.
Lalu mesti bagaimana? Iman dan akal harus saling mengeritisi sekaligus saling melengkapi. Akal mengeritisi iman bila ia jatuh pada ketaatan buta pada yang bukan Allah. Ketaatan buta menyasar di tempat yang salah. Misalnya, terarah pada para rohaniawan yang menyihir umat dengan mengumbar kata-kata ‘atas nama Allah.’ Padahal tanpa Allah!
Sebaliknya, iman mengeritisi akal yang berjalan tanpa kendali dan yang pada akhirnya membuat kita taat buta pada kepongahan manusia yang merasa sanggup menyelesaikan segala sesuatu tanpa Allah.
Intinya, bila iman dan akal diletakkan dalam posisi yang salah, ia bisa menuntun kita pada situasi tanpa Allah. Kosong melompong! Tanpa iman, orang berakal hidup tanpa makna. Tanpa akal, orang beriman hidup dalam kedunguan!
Salam,
Albertus Patty