Jangan Anggap Rohaniawan Kebal Nafsu Politik
Konstruksi budaya untuk membangun masyarakat yang damai dalam kebhinekaan sudah merupakan kebutuhan mendesak. Konstruksi budaya ini harus dimulai dengan membangun sikap kritis terhadap apa pun dan siapa pun.
Perlu dibuat pemetaan titik-titik kritis potensi konflik dan perpecahan, serta ada kebijakan yang strategik yang melibatkan semua komponen bangsa agar gerakan damai dalam kebhinekaan ini merupakan passion dan langkah bersama serta seirama dari hulu sampai hilir.
Penyadaran terhadap umat perlu dilakukan agar umat bisa bersikap kritis terhadap jebakan isu yang dikemas dalam jubah suci agama untuk menutupi nafsu setan kekuasaan elite politik.
Ilusi terbesar yang menjerat adalah ketika kita menganggap para pimpinan umat immune dari nafsu kepentingan politik dan ekonomi. Banyak rohaniawan mampu mentransenden dirinya. Mereka menjadi Begawan dalam keriuhan publik. Tetapi, sejarah menunjukkan, kebanyakan pimpinan agama, berikut institusi agama, sering bermain dan dimainkan demi elit. Tugasnya: menjustifikasi perebutan kekuasaan atau melegitimasinya. Di tangan mereka: yang benar dikafirkan jadi salah. Yang salah disakralkan jadi benar!
Lalu, umat menjadi penari aktif yang bersemangat dalam irama kontestasi elit politik tingkat tinggi. Ujungnya, umat termangu tanpa menerima manfaat apa pun, kecuali mudaratnya. Hidup pun berjalan seperti biasa lagi…..
Salam,
Albertus Patty