Manajemen ala Yesus!
Dulu perusahan Jepang merajai dunia mesin dan elektronik. Orang pun takjub pada keajaiban ekonomi Jepang. Sekarang, satu demi satu perusahan Jepang rontok. Dominasi mereka tergeser oleh perusahan dari Korea Selatan dan China. Dulu Nokia dan Sony gagah perkasa. Sekarang keduanya nyaris terlupakan. Orang lebih kenal Samsung dan Huawei. Memang, dunia berubah cepat. Manajemen Nokia dan Sony gagal mengantisipasinya.
Salah satu perubahan terjadi dalam pola kepemimpinan. Dulu dibutuhkan pemimpin formal. Kini informal. Dulu model a strong man dianggap OK. Kini, gaya bossy dan feodal sudah kuno. Kini butuh pemimpin demokratis partisipatif yang mampu memberdayakan semua stake holders.
Dulu, pemimpin hebat yang mencapai target produksi. Kini penekanan pada faktor manusia, yang mampu memuaskan customers. Bukan menekankan berapa yang harus dicapai, tetapi mendorong pelayanan yang excellence. Selfishness dipinggirkan, pelayanan holistik terbaik kepada umat dan masyarakat diutamakan.
Contohilah Astra! Mengapa ia bisa bertahan dan tetap berkembang? Jawabnya karena karyawannya menghayati mentalitas pelayanan untuk menjawab tantangan baru jaman ini. Karyawan tidak dipaksa mengejar target. Sebaliknya, mereka dimanusiakan! Suasana dibuat nyaman! Trust dibangun! Kerjasama ditingkatkan! Kreatiftas dan inovasi didorong.
Mentalitas ini diterapkan oleh John Wooden, pelatih basket legendaris Los Angeles. Ia katakan, “Perform at your best when your best is required. Your best is required each day.” Semua termotivasi berlomba-lomba memberikan pelayanan yang terbaik. Tetapi, semuanya melayani dalam keakraban dan persaudaraan!
Bagaimana bila perusahan gagal mencapai target? Dalam pola lama akan dicari siapa yang salah. Kini cara itu kadaluwarsa! Karyawan selalu diingatkan, “Don’t ever blame others!” Menyalahkan orang lain hanya mengaburkan akar persoalan dan menciptakan perpecahan internal. Mereka bukan bertanya siapa yang salah, tetapi tanyalah apa yang salah dan mengapa? Telusuri dan petakan persoalannya, lalu rumuskan solusi pemecahannya. Dunia memang berubah. Jadi, hadapi persoalan baru dengan berani, kreatif dan inovatif! Berpikirlah out of the box! Bukan mengulang old style!
Secara manajemen, Yesus bilang ayo beritakan Injil, tetapi itu bukan target berapa banyak orang harus ditobatkan. Sebaliknya, Yesus memotivasi pelayanan holistik bagi semua, personal maupun sosial! Yesus bukan pemimpin formal, apalagi feodal. Yesus tidak memaksakan aturan keagamaan yang rumit dan berbelit-belit.
Sebaliknya, Ia memotivasi kita menjadi kreatif dan inovatif. Bukan mengulang yang sudah ada! Copy paste! Yesus mendorong pemberdayaan dan pemanusiaan, terutama yang powerless! Inilah mentalitas yang nyaris terpinggirkan oleh kepentingan dan ambisi pribadi. Ini mentalitas melihat ke atas daripada ke bawah! Mentalitas yang meretakkan, bukan merekatkan. Sebaliknya, gereja dengan mentalitas Kristus pasti memberikan pelayanan dengan kualitas the best kepada siapa pun! Bukan aku, tetapi demi kita! Tanpamu, aku tak ada! Damai pun dinikmati bersama! Selamat HUT PGI ke-69.
Salam,
Albertus Patty