Menolak Israel atau Amerika? Jangan Bablas!

Beberapa politisi bersuara keras menolak partisipasi kesebelasan U-20 Israel. Alasannya? Karena menentang keras penindasan dan ketidakadilan yang dilakukan pemerintah Israel terhadap bangsa Palestina. Penolakan itu sesuai dengan amanat Konstitusi.

Memang, bangsa kita bersikap tegas menentang semua bentuk penjajahan dan penindasan terhadap bangsa mana pun. Ini jelas! Jadi, penentangan kehadiran kesebelasan Israel menyuarakan idealisme yang ada dalam Konstitusi kita.

Tetapi tunggu dulu, idealisme tanpa memperhitungkan strategi dan konteks sosial-politik yang ada adalah ilusi. Oleh karena itu idealisme politik itu harusnya diimplementasikan secara realistis dan kontekstual.

Indonesia mendukung lahirnya negara Palestina, tetapi juga mendukung eksistensi negara Israel.

Posisi Indonesia jelas: two state solution. Indonesia tidak berat sebelah dalam memihak mana pun.

Sikap “Two State Solution” menunjukkan Indonesia berupaya merangkul keduanya. Indonesia memihak keadilan dan perdamaian bagi kedua bangsa. Idealisme politik diimplementasikan secara realistis-kontekstual. Indonesia kokoh memperjuangkan sikap ini dalam event bilateral maupun multilateral. Mantap sekali!

Sayangnya beberapa politisi mengacaukan posisi politik ini. Sikap mereka yang menentang partisipasi kesebelasan Israel dalam event Piala Dunia U-20 bertentangan dengan politik Indonesia yang realistis dan kontekstual tadi.

Penolakan ini sangat emosional. Sikap ini merupakan pemaksaan idealisme politik yang tidak realistis dan tidak kontekstual. Lebih lagi, politik didesakkan ke ranah olahraga. Padahal spirit olahraga sportivitas dan solidaritas. Segala urusan olahraga pun jadi kacau balau.

Bila sikap beberapa politisi dengan idealisme yang rigid tadi mau sungguh diterapkan inilah yang akan terjadi. Indonesia pasti memutuskan hubungan bilateral dengan Rusia karena negara ini menyerang Ukraina.

Indonesia pasti akan melarang delegasi dan olahragawan Amerika Serikat datang sini karena Amerika Serikat menyerang dan menghancurkan Irak. Seharusnya Indonesia memutuskan hubungan bilateral dengan Burma karena negara ini menindas etnik Rohingya.

Indonesia juga harus memutuskan hubungannya dengan Arab Saudi karena negara ini menyerang negara Yaman Utara. Daftar ini masih bisa diperpanjang lagi…

Berita terakhir, FIFA telah memutuskan untuk memindahkan event Piala Dunia U-20 dari Indonesia. Politik ‘rabun mata’ dan rigid telah merusak dunia olahraga. Lebih lagi penolakan terhadap partisipasi kesebelasan Israel ini telah mempermalukan negara kita sendiri di dunia internasional.

Salam,
Albertus Patty

Bagikan

ARTIKEL TERKAIT

Demi Persembahan, Pendeta Jualan ‘Kesembuhan Ilahi’

Seorang rohaniawan menceritakan pengalaman rohaninya dengan suara keras, tegas, dan berapi-api. Dia mengatakan bahwa semalam Yesus menjumpainya, lalu mengobrol dengannya.…

Benarkah Itu Kehendak Allah?

“Janganlah menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan akal budimu sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa…

Marak KDRT, Gereja Sikapnya Harus Gimana?

Ada tiga peristiwa yang kini ramai diperbincangkan di media massa dan media sosial. Ketiga peristiwa itu adalah tragedi sepakbola di…

Merespons Kyai Mamang Haerudin: Mentalitas Transaksional dan Spiritualitas Hedonistik!

Saya gembira karena tulisan saya "Reza Aslan dan Teologi Kemakmuran" direspon sahabat saya, Kyai Mamang Haerudin. Ia seorang intelektual, plus…