PSK Juga Manusia Tetapi Bukan Koruptor!
PSK juga manusia. Mereka punya rasa malu. Mengapa politisi yang haus popularitas menjebaknya? Mengapa politisi terlalu sibuk dengan moralitas rakyat yang diwakilinya sementara kasus korupsi dan manipulasi di antara mereka justru semakin menjadi-jadi? Mengapa PSK dibabat, sementara wewenang KPK kalian sumbat.
Para politisi cerdas dan mereka yang punya hati nurani pasti tahu, banyak perempuan menjadi PSK bukan karena kemauan tetapi sering karena jebakan. Mereka diperangkap oleh para mafia pemberi janji lapangan kerja. Mereka adalah korban tak berdaya. Ancaman dan janji kekayaan adalah menu hidup setiap hari.
Sebagian menjadi PSK bukan karena keinginan tetapi karena keterpaksaan akibat himpitan ekonomi. Mereka miskin semiskin-miskinnya. Menjadi PSK membuat mereka menderita. Banyak yang terpaksa jadi PSK bukan karena ingin menjadi kaya raya, tetapi karena cita-cita membebaskan keluarganya dari sengsara. Tangis mereka adalah tawa mereka. Senyum mereka adalah rintihan.
Tak ada perempuan mana pun yang bercita-cita menjadi PSK. Sering mereka bekerja dalam diam dan dalam kesunyian. Tak seorang pun tahu apa profesi mereka dan dimana mereka bekerja. Tetapi mereka harus terus bekerja demi sesuap nasi, demi pendidikan anak-anak mereka, demi orang tua yang sakit, demi renovasi rumah yang bobrok dan reyot.
Apakah PSK tuna moral atau tanpa nurani? Kaum munafik yang merasa tidak punya dosa akan mengiyakan, lalu berebut melemparinya dengan batu. Dalam sebuah cerita, Yesus tak mau ikut-ikutan menghakimi. PSK bukan untuk dipermalukan dan dihina, apalagi oleh wakil rakyat yang mungkin pernah dipilihnya. Para PSK lebih membutuhkan dibebaskan dari sengsara dan kemiskinannya.
PSK mungkin bukan profesi yang layak, tetapi ketika para wakil rakyat tak perduli pada nasib mereka, inilah satu-satunya upaya mereka untuk mengangkat keluarga dari jurang derita.
Sekarang sang politisi moral tertawa sepuas-puasnya. PSK yang berhasil dipermalukan habis telah mendekam dalam jeruji penjara. Malu! Frustrasi memikirkan nasib keluarganya! Sementara ayah-ibu dan anak-anaknya yang lapar dan dahaga sedang menantikannya dengan penuh harap.
Salam,
Albertus Patty