Shoah dan Sabtu Sunyi
Peristiwa pembantaian Nazi terhadap 6 juta orang Yahudi bukan Holocaust. Orang Yahudi menolak tegas pelabelan itu. Istilah Holocaust berasal dari kata Yunani; holókauston, yang berarti binatang kurban(olos) yang dipersembahkan kepada Tuhan dengan cara dibakar (kaustos). Para pesakitan Yahudi jelas bukanlah korban bakaran kepada Tuhan. Mereka adalah korban kebiadaban rejim Nazi. Mereka korban tak berdaya di tengah diamnya institusi agama, terutama gereja.
Sebagai pengganti istilah Holocaust, orang Yahudi menamakan peristiwa pembantaian itu dengan istilah Shoah artinya bencana. Meskipun demikian, Shoah memiliki makna eksistensial yang dalam. Shoah adalah anti tesis terhadap Ruakh. Sementara Ruakh adalah pengalaman kehadiran Allah, the presence of God. Shoah justru sebaliknya. Ia adalah pengalaman ketidakhadiran Allah, the absence of God. Ketika Allah pun seolah diam saja saat kebiadaban menari-nari di tengah jeritan jutaan pesakitan tanpa pengharapan.
Momen Shoah adalah momen genting. Itulah momen saat manusia merasa ditinggalkan sendirian. Inilah momen manusia mengalami puncak-puncak kerapuhannya. Tak satu pun yang dapat diharapkan akan menolong dirinya. Allah pun tidak. Dalam ketidakberdayaan, manusia harus memilih: menjalani hidup dalam rentetan keluhan lalu berakhir dalam keputusasaan atau berupaya menemukan kekuatan dahsyat di dalam dirinya sendiri.
Sabtu Sunyi adalah momen Shoah. Para murid merasakan pengalaman eksistensial dahsyat: Allah seolah mati! Allah tidak hadir! Itulah momen yang paling menakutkan. Harapan terkubur bersama jasad Yesus. Allah pun seolah tak berdaya di saat kebiadaban konspirasi kekuatan politik dan institusi agama semakin merajajela. Inilah momen genting.
Inilah saat dimana kita dipaksa bergumul untuk memilih: menjalani hidup sebagai makhluk yang menggelapar-gelepar dalam ketidakberdayaan atau berupaya menemukan kekuatan dan potensi dalam diri sendiri, lalu bangkit sebagai manusia, sebagai Imago Dei!
Selamat menjalani Sabtu Sunyi. Selamat bergumul!
Salam,
Albertus Patty