Tantangan Terbesar itu Ada dalam Dirimu!

GKI Cawang Baru, Jakarta dan GKI Maulana Yusuf, Bandung adalah dua jemaat yang sama-sama merayakan HUT ke-50. Aktifitas saya bagi pengembangan jemaat-jemaat ini justru memberikan manfaat yang sangat besar dalam proses pembentukan, pertumbuhan dan pendewasaan pribadi saya. Benar kata Kitab Suci, “Dengan memberi, kita justru menerima.”

Pada 50 tahun pertama, kedua jemaat ini banyak berkonsentrasi pada pembangunan rumah ibadah dan penguatan persekutuan. Pertumbuhan kedua jemaat ini cukup baik, dan yang menarik anggota jemaat keduanya semakin hari semakin plural. Orang dari berbagai latar belakang etnik, bahasa, budaya dan denominasi “blending” dan menjadi bagian jemaat-jemaat ini.

Kini, keduanya memasuki suatu era baru yang tantangannya sangat berbeda dengan era sebelumnya. Pada era baru ini, kedua jemaat ini menghadapi berbagai krisis yang dihadapi bangsa dan umat manusia yaitu krisis ekonomi seperti kemiskinan, krisis sosial-politik akibat makin dominannya kekuatan oligarki, krisis akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada akhirnya menghasilkan krisis ekologi.

Krisis multi dimensi ini membuat banyak orang menderita frustrasi. Tingkat bunuh diri manusia di muka bumi ini meningkat tajam. Setiap 30 detik, satu orang penduduk dunia ini akan melakukan upaya bunuh diri.

Meskipun demikian, krisis terbesar yang dihadapi gereja (dan agama-agama) sebenarnya bukan tantangan dari luar, tetapi justru muncul dari dalam dirinya sendiri. Tantangan dari luar bisa memperkuat gereja, tetapi persoalan dari dalam justru memperlemah dan bahkan membunuhnya.

Kurangnya kapasitas intelektual, makin bertumbuhnya egoisme pribadi dan sektarianisme kelompok membuat gereja-gereja disibukan dengan perpecahan internal yang melumpuhkan spiritualitasnya.

Lalu, gereja kehilangan relevansinya di dunia ini. Gereja pun menjadi garam yang tawar yang pantas diinjak-injak orang.

Oleh karena itu, aspek terpenting yang harus dilakukan oleh jemaat-jemaat seperti GKI Cawang dan GKI Maulana Yusuf adalah “back to basic” berupaya mendewasakan dirinya melalui peningkatan spiritualitas dan intelektualitas setiap anggota jemaatnya agar mampu memberikan konstribusi bagi dunia, merekatkan relasi dalam komunitas atau persekutuannya dengan cinta juga pengampunan.

Dan, membangun komitmen untuk melanjutkan panggilan Kristus bagi dunia melalui upaya keras dalam mempererat solidaritas sosial dengan sesama dan bahkan dengan segala makhluk.

Selamat HUT ke-50 GKI Cawang dan GKI Maulana Yusuf. Tuhan berkati!

Salam,
Albertus Patty

Bagikan

ARTIKEL TERKAIT

Anies Baswedan Bapak Toleransi Beragama?

Pada 16 Oktober 2022, persis di ujung masa kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dianugerahi julukan sebagai “Bapak Toleransi…

Gerakan Relawan?

Ada fenomena menarik jelang Pemilu 2024. Fenomena itu adalah makin besarnya peran relawan seperti Projo, DGP dan lainnya. Ada puluhan…

Sabam Sirait & Spiritualitas Politiknya

Membicarakan sepak terjang Sabam Sirait dalam dunia politik selalu menarik. Apalagi bila dikaitkan dengan bukunya "Politik itu Suci." Konon, gagasan…

Ketaatan Agama Tanpa Logika

Dengan heran saya selalu bertanya: mengapa para teroris tega menabrakkan pesawat berpenumpang ke gedung WTC? Padahal, konon, para teroris yang…